OECD TALIS 2024: Kolaborasi Guru Tingkatkan Pencapaian Pembelajaran

CategoriesGuru & PendidikTagged , , ,
0 0
Read Time:2 Minute, 55 Second

Trilogi-university.ac.idKolaborasi guru TALIS 2024 menjadi sorotan utama dalam laporan Teaching and Learning International Survey (TALIS) 2024, survei terbesar dunia yang libatkan 280.000 pendidik dari 55 sistem pendidikan. OECD temukan guru yang aktif kolaborasi lebih sukses capai tujuan pembelajaran, habiskan rata-rata 3 jam per minggu untuk kerja tim dan dialog rekan, naik dari 2018. Laporan ini ungkap pula penggunaan AI di pendidikan, dengan Singapura dan UAE unggul (75% guru). Meski Indonesia tak ikut survei, temuan ini relevan untuk kebijakan pendidikan. Dengan kolaborasi guru TALIS 2024, pemerintah bisa tingkatkan kualitas pengajaran dan kesejahteraan guru. Berikut analisis mendalam temuan, manfaat kolaborasi, dan implikasi global.

Kolaborasi Guru TALIS 2024: Peningkatan Kerja Tim

Laporan TALIS 2024 catat guru penuh waktu luangkan 3 jam per minggu untuk kolaborasi, seperti diskusi perkembangan siswa atau tukar materi ajar, naik dari 2018. Hanya 9% guru amati kelas rekan dan beri umpan balik bulanan, tapi mereka masuk kuartil efikasi diri tertinggi. Misalnya, guru yang diskusikan siswa spesifik tingkatkan efektivitas pengajaran hingga 20%.

Kolaborasi erat dengan kepala sekolah, orang tua, dan siswa tingkatkan kepuasan kerja, dengan 86% guru OECD saling andalkan rekan. Dengan demikian, kerja tim kurangi tekanan kerja (41 jam/minggu rata-rata OECD). Oleh karena itu, sekolah perlu jadwalkan sesi kolaborasi rutin. Selain itu, 20% guru muda berencana tinggalkan profesi dalam 5 tahun; kolaborasi bisa turunkan angka ini.

Manfaat Kolaborasi bagi Guru dan Siswa

Guru kolaboratif lebih percaya diri capai tujuan pembelajaran, terutama di negara seperti Singapura dengan budaya tim kuat. TALIS tunjukkan tukar praktik ajar naikkan efikasi diri hingga 15%. Misalnya, kolaborasi tentang siswa berkebutuhan khusus perbaiki pengajaran inklusif. Hubungan baik dengan stakeholder tingkatkan kesejahteraan, kurangi burnout.

Data TALIS catat kebutuhan dukungan belajar siswa melonjak dari 19% ke 77% sejak 2018. Kolaborasi bantu guru atasi tantangan ini, seperti kembangkan strategi personalisasi. Dengan demikian, kerja tim jadi investasi untuk hasil belajar dan retensi guru. Oleh karena itu, sekolah perlu dorong observasi kelas dan diskusi reguler. Selain itu, kolaborasi tingkatkan inklusi siswa dari latar belakang beragam.

AI dalam Pendidikan: Singapura dan UAE Pionir

TALIS 2024 soroti adopsi AI, dengan 75% guru di Singapura dan UAE gunakan teknologi ini, jauh di atas rata-rata OECD. Di Singapura, 81% sekolah terapkan hybrid learning, tertinggi global. Guru manfaatkan AI untuk rencana pelajaran (82% setuju membantu), tapi 88% khawatir rekomendasi salah, tertinggi dunia.

AI efisien tapi kurangi kepercayaan guru dalam dukung siswa berkebutuhan khusus (38% di Singapura vs 62% OECD). Dengan demikian, pelatihan AI etis jadi kebutuhan. Oleh karena itu, sekolah harus integrasikan teknologi dengan kolaborasi manusiawi. Selain itu, antusiasme guru terhadap AI butuh panduan untuk maksimalkan manfaat tanpa risiko.

Implikasi Kebijakan untuk Pendidikan Global

Meski Indonesia tak ikut TALIS 2024, temuan ini tawarkan pelajaran berharga. Kolaborasi kurangi turnover guru muda (20% rencana keluar) dan tingkatkan efikasi pengajaran. Misalnya, Selandia Baru adopsi dukungan guru baru, naikkan kepercayaan diri 62% pada konten pelajaran. OECD sarankan alokasi waktu kerja tim dan pelatihan AI bertanggung jawab.

Kebijakan nasional bisa tiru model ini untuk profesionalisme guru, atasi kekurangan 50 juta guru global. Dengan demikian, TALIS jadi panduan benchmark pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah perlu dorong kolaborasi lintas sekolah dan stakeholder. Selain itu, investasi pada teknologi pendidikan dukung inklusi dan kualitas pembelajaran.

  • Skala TALIS: 280.000 pendidik, 55 sistem pendidikan, fokus kolaborasi dan AI.
  • Kolaborasi: 3 jam/minggu, naikkan efikasi 15%; 9% guru amati kelas rutin.
  • AI Adopsi: Singapura/UAE 75% gunakan AI; 88% khawatir rekomendasi salah.
  • Kesejahteraan: 86% guru saling andalkan; 20% guru muda rencana keluar.
  • Kebijakan: Dorong waktu tim, pelatihan AI, dan inklusi untuk siswa.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

About the author